0

Aku dan Rokok

Published at 2:11 PM in

Apakah anda perokok? Apakah anda pernah mencoba berhenti merokok? Berhasilkah usahanya? Pasti anda akan berkata berat. Iya jawaban anda betul, karena saya pernah mengalaminya. Saya pribadi pernah mengalaminya. sekitar tahun 1992 saya sudah mulai merokok. saat itu saya masih SMP kelas 1. Saya mengawali hubungan saya dengan rokok dilandasi oleh alasan yang sama yang dimiliki oleh 99% perokok, yaitu "Style". Ingin terlihat keren, modis, mboys, dan sederet kata yang lain yang biasanya kita sebutkan jika diminta menerjemahkan kata style. Saya takut jika teman-teman Geng saya saat itu akan menjauhi saya. Yang enggak merokok maka akan mendapatkan sangsi sosial dengan dikatain Banci, Kuper, Ndeso dan yang lainnya. Dan tahukah apa yang saya rasakan saat pertama kali merokok? kata orang merokok itu bikin hati kita tenang, katanya merokok itu rasanya enak, klo gak merokok katanya mulutnya asem, semua pendapat itu terjawab ketika pertama kalinya rokok itu saya hisap.



Kalo kata orang Ponorogo sih," Jan, ora enak babar pisan, sumprit!" alias sangat gak enak sama sekali. Bagaimana bisa tenang wong batuk-batuk terus, mulut rasanya asem plus pahit-pahit gitu, besoknya kena radang tenggorokan, kata dokter Puskesmas namanya Panas dalam. Tapi demi pergaualan rokok jalan terus.

Kebiasaan itupun berlanjut sampai lulus STM. Akhirnya saya sampai pada titik addict dan merasakan enaknya merokok. Dalam satu hari saya habis1-2 bungkus rokok. Seluruh usaha saya coba untuk berhenti merokok. Dari mengurangi sedikit demi sedikit, tapi akhirnya yang berkurang tetap saja rokok di warung yang saya beli sedikit demi sedikit, bukannya rokok saya yang berhenti. Pernah juga bertekat tidak membeli rokok sendiri, akhirnya saya dikatain pelit, soalnya saya tetap merokok dengan menghabiskan rokok teman-teman kerja. Bahkan lebih banyak dari biasanya, mungkin karena aji mumpung alias mumpung gratis he he he.

Ketika akhir tahun 1998 saya hijrah ke Jakarta (aduh jadi kangen somay cikini niih! masih ada gak ya?) untuk bekerja. Di  pertengahan tahun 99 saya bersinggungan dengan dakwah. Di situlah saya melihat sekelompok laki-laki aneh yang senengnya kumpul-kumpul, suka obral senyum, baik-baik, jujur, tidak sombong dan suka menabung, eh kok jadi melantur sih.... pokoknya sekumpulan orang yang berbuat baik di tengah kondisi masyarakat yang berbuat kerusakan. dan yang paling aneh adalah mereka juga tidak merokok. Udah gede, punya duit sendiri tapi kok gak merokok? di Jakarta lagi.

Akhirnya saya bertanya kepada Sang Murobbi (tapi bukan Ust. Rahmat Abdullah, alm) alias Bang Yus, "Bang, emang merokok itu hukumnya gimana sih? Haram ya? kok itu teman-teman yang lain juga pada gak merokok".
"Klo menurut antum gimana akh?" tanya bang Yus balik.
"Ya denger-denger sih makruh gitu," jawabku dengan lugu.
"Ya, udah untuk minggu depan agenda liqo' kita membahas masalah yang ditanyakan oleh akh Agus, semuanya meresume fatwa kontemporer Syeikh Yusuf Al Qardhawi tentang hukum rokok untuk bahan diskusi kita pekan depan!" ujar guru spiritual yang gaul abis itu.
Waktu itu pikiran saya sempet kesel juga, jangan-jangan nih murobbi kagak bisa jawab. Tapi sebagai tentara yang taat (meskipun terpaksa, he he he soalnya masih awal-awal gitu) saya dan teman-teman satu halaqah berangkat berburu di hutan belantara buku bekas Kwitang Pasar Senen.
Setelah mengobrak-abrik Kwitang sampai betis pegel, akhirnya kita tidak menemukan jejak buku Fatwa Kontemporer tersebut. Mungkin saking bermanfaatnya buku tersebut sampai tidak ada satupun orang yang menjual ke pasar buku bekas terbesar di Jakarta itu. Akhirnya kita ke Plan B yaitu patungan untuk beli buku ke toko buku Islam yang ada di depan kampus UNJ (toko itu masih di gang sempit gitu gak ya?).


Minggu depan akhirnya kita liqo di Al-Hijrah Kayu Manis dengan agenda diskusi terkait pertanyaan saya tentang rokok. Setelah masing masing memaparkan hasil hunting bacaan kita kemarin tibalah saat kesimpulan. 
" Jadi bagaiman dong Bang? haram apa makruh?" tanyaku penasaran.
Rupanya Bang Yus ingin membiarkan diskusi kita mengambang sehingga kita bisa menyimpulkannya sendiri. Akhirnya keluar juga jawaban dari Bang Yus," Klo menurut antum gmn akh Agus setelah mengkaji bersama-sama masalah ini?".
"Ya kayanya sih lebih cenderung Haram!" jawabku ragu.
"Klo gak dikasih kata cenderung bagaimana, biar gak abu-abu?" tegas Bang Yus.
"Ya berarti Haram dong!" jawabku mantap.
"Kalau begitu apa yang mesti dilakukan bagi yang masih merokok?" tegas beliau kembali.
"Ya harus berhenti!" jawab kami hampir senada.

Akhirnya perjuanganpun berlanjut untuk bisa berhenti dari racun yang selama ini aku hisap. Akupun bertanya kepada Bang Yus beberapa tip yang jitu untuk berhenti merokok. Terlebih dahulu saya menceritakan pengalaman-pengalamanku sebelumnya bagaimana beratnya perjuangan untuk berhenti merokok.
"Agus kalo pas Ramadhan merokok gak?" tanya beliau.
"Ya merokok, pas habis buka sama pas sahur, emang kenapa?" tanyaku.
"Berarti antum kan tidak merokok mulai subuh sampai maghrib kan? kenapa kamu tidak merokok aja saat puasa?" tambah ustadz berkaca mata ini.
"Ya kalo merokok nanti batal, terus..." jawabku.
"Kalau begitu kuncinya hanya satu, iman yang kuat dan kemauan yang keras. Sekarang tekatkan dalam hati dan Allah yang maha melihat sebagai saksi kalau antum mau berhenti merokok. Kalau selama sebulan antum bisa berhenti merokok dari subuh sampai magrib, pasti tinggal nambahin waktu sedikit antum bisa berhenti. Insya Allah pasti bisa" potong beliau untuk meyakinkanku.

Hari-hari pertama tidak merokok bagaikan orang gila, terutama kalo habis makan..... aduh ada yang kurang niih. Apalagi jika pas ga ada kerjaan, bawaannya pingin merokok. Tapi saya selalu ingat bahwa ini perbuatan dosa dan saya harus mengakhirinya. Teman-teman kantor di PT KAI mengejek katanya saya banci. Akhirnya saya ajak mereka untuk melihat banci-banci yang biasa mangkal di Jatinegara, ternyata mereka perokok semua. Akhirnya ledekan mereka jadi motivasi kuat bahwa saya harus membuktikan kepada semuanya bahwa perubahan adalah sesuatau yang kekal di dunia ini, dan saya memilih untuk berubah menjadi lebih cerdas untuk mengambil pilihan berhenti merokok. (AH)

Terima kasih kepada:
Akh Teguh, Akh Adrian, Akh Yadi, Akh Harun, akh Asep yang rela memaksa datang ke kantor untuk mengajak ana berkenalan dengan dakwah yang indah ini, semoga Allah mempertemukan kita di surga-Nya nanti....Amiiin.

Spread The Love, Share Our Article

Related Posts

Post Details

No Response to "Aku dan Rokok"

Post a Comment